Selasa, 13 April 2010
Si Mimin dan Gravitasi
Si Mimin gadis 21 tahun, muda, enerjik,sangat enak untuk dilihat, sangat enak untuk diajak bicara, sangat keren untuk diajak diskusi apa saja, semua orang sangat menyukainya, seorang yang sangat lovable.
Si Mimin sendiri, menatap kaca berembun di belakang teras kampus, hari ini jadwal kuliahnya sangat padat, setelah itu dia harus bekerja di pusat perbelanjaan, menjajakan produk orang lain, tak kerap dia digoda, tapi dia tetap tahan godaan, tahan iman, tahan rayuan para lelaki.
Si Mimin akhirnya luluh lantak, tergoda pula oleh perbincangan menarik dengan makhluk Tuhan lainnya, Re namanya, sosok yang misterius namun sangat enak pula dilihat, bertemu Mimin waktu Mimin bekerja paruh waktu di Pusat Perbelanjaan, sosok itu lain, sosok itu tidak melihat Mimin sebagai objek tontonan kemolekan tubuh mimin, tidak hanya menyapa karena mimin mempunyai bentuk tubuh dan lekukan indah,
Re, sosok yang diidamkan Mimin selama ini, sosok yang melihat dari kapasitas nya sebagai manusia yang layak dicinta bukan hanya dari tubuh dan dari tuntutan penampilan sebagai penjaja produk orang lain.
Mimin menyukai diskusi mengenai apapun dengan Re, teori relativitas, konsep waktu, konsep hidup, konsep manusia dan Tuhan, konsep Fisika dan Takdir, gelas-gelas kopi dan coffee shop, dijejalkan tanpa ada perasaan lelah walau tubuh tak kuat untuk tidur, mereka bercinta dan mengalami orgasme dengan percakapan, dengan chemistry, dengan segala ketertarikan untuk mengutarakan ide, dengan segala yang diperdebatkan, tak ada hal yang paling bahagia bagi Mimin untuk merasakan perasaan itu,
Dan mungkin bagi Re….
Sampai hari itu datang, karena Manusia tak dapat melawan gravitasi bumi, karena gravitas bumi merupakan hal yang membuat makhluk hidup tetap berdiri tegak di bumi, karena gaya gravitasi tak ada yang jungkir balik bak neil amstrong di Bulan, akhirnya peristiwa gravitasi itru tak dapat dilawan.
Mimin lelah, mimin harus rela, Re mau kawin, Re percaya konsep perkawinan, lpercaya institusi perkawinan, percaya akan konsep agama dan perkawinan , Re yang ia kagumi sebagai sosok yang berbeda, sosok yang di luar kotak masih percaya bahwa laki-laki dan perempuan harus nikah, meneruskan titah nabi adam dan hawa, meneruskan tradisi konvensional, mengikuti kotak dan memasuki kotak.
Sedangkan Mimin hanya diam dan kopi dingin menemaninya, menerima gravitasi, karena ia menginjak di bumi, dan gravitasi itu masih ada.
Jika orang menganggapnya aneh , mengapa ia tidak jadi aneh sekalian,
Mimin berjalan di pusat perbelanjaan, tidak berparas molek, tidak berpakaian seksi, ia berpakaian hitam, berjalan di lantai 7, berdiri dan jatuh mengikuti arah gravitasi, tepat pukul 16.07 saat Re dan seorang lelaki resmi menjadi suami istri.
***
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
hitam-hitam-hitam ...
menujulah ke arah putih ...
dunia ini perlu kita untuk menjadi bahagia ..
Posting Komentar