Sabtu, 16 Mei 2009

beradaptasi

Adaptasi, istilah tersebut pertama kali saya tahu , waktu saya ada dibangku kelas lima sekolah dasar, yang saya tahu waktu itu adalah istilah ini berhubungan dengan pohon jati yang meranggas, kaktus yang bertahan hidup di daerah gurun, dan semakin bertambah umur saya tahu apa hal yang menjadi alasan mengapa setiap makhluk Tuhan harus melakukan adaptasi.


Pohon Jati pada musim kemarau harus menggugurkan daun nya, karena pohon itu harus bertahan hidup, dalam musim kemarau, mungkin pada awal musim kemarau pohon jati akan melakukan proses yang sangat keras untuk bertahan hidup, namun yang dihasilkan adalah sebuah KEHIDUPAN dan bertahan hidup.

Begitu juga manusia, tidak hanya untuk bertahan hidup namun menambah nilai-nilai kehidupan, manusia harus responsive berubah setiap waktu ketika keadaan berubah, pernah gak kita berpikir seperti ini “I have some principles but I need to be protected”, menurut saya proteksi ini adalah adaptasi ,Misal, si A menghadapi situasi yang berbeda di tempat kerjanya, dia harus biasa berbagi, terkungkung oleh underpressure, jika ingin bertahan si A harus menyesuaikan diri, untuk mempertahankan kerja , mengenal orang-orang baru dan menambah nilai-nilai kehidupan.
Misal , saya ada dalam lingkungan teman-teman yang dengan karakter berbeda-beda, yang satu pendiam, namun memendam hal – hal tertentu, yang satu extrovert apa adanya, yang satu terlalu nyantai, atau saya sendiri agak sedikit egois, mungkin pada awal-awal pertemanan agak sedikit risih untuk menyesuaikan diri, menemukan formulasi agar pertemanan menjadi mutual dan saling menguntungkan , karena hal ini akan menjadi simbiosis, dan ada hal yang ingin dicapai oleh setiap individu, namun semakin kita beradaptasi , semakin pula kita mencintai proses penyesuaian diri itu, semakin mencintai apa yang telah terlewati, sehingga hal ini tidak menjadi hal yang mutual lagi, namun sudah menjadi hal yang memang seharusnya terjadi.
Ok mari kita terapkan dalam kehidupan cinta * dengan mata berbinar-binar* namun saya memang kurang beruntung dalam hal yang satu ini  hehhehe…. Okay let me put an example, saat dua orang bertemu dan merasakan satu kecocokan , dan bersepakat untuk mengadakan hubungan yang serius yang bernama pacaran, maka dua orang ini harus siap dengan konsekuensi tidak cocok atau cocok, kata cocok dan tidak cocok adalah sebuah pilihan bagaimana dua orang itu tadi mengalami proses adaptasi , seperti pohon kaktus yang mempunyai kulit tebal untuk bertahan hidup dalam lingkungan gurun, atau bunga teratai yang mempunyai daun tebal karena harus mengambil oksigen sebanyak-banyaknya …. ya kata cocok dan tidak cocok adalah suatu pilihan dari keputusan, misal dua orang itu dihadapkan dalam situasi dan karakter yang sangat berbeda, dan mungkin untuk pertama kalinya kedua orang itu akan kaget, selanjutnya tergantung apakah proses adaptasi itu berhasil atau tidak, karena proses itu membutuhkan waktu, tekad dan pengorbanan yang ekstra besar * lebay mode:on*
Bagaimana proses adaptasi ini dilakukan kalau tidak ada kesempatan yang diberikan ketika satu orang sudah menutup proses adaptasi ini, jika keduanya sepakat untuk melakukan itu maka pilihan nya adalah cocok atau tidak cocok… makanya itu sekarang saya mengerti mengapa orang-orang yang saling suka berpisah, mungkin ada beberapa kemungkinan :
1. pertama kali bertemu merasa cocok , terus ada perbedaan salah satu menyerah atau keduanya menyerah.
2. pertama kali bertemu cocok, ada perbedaan, beradaptasi, terus gagal…
3. takdir :)
dari situ saya berpikir *just personal taught* seseorang akan bertahan pada posisi yang dinginkan bukan orang yang memiliki uang, bukan orang pintar, tapi orang yang responsive untuk berubah dengan keadaan.
Bagaimana dengan saya hehheheh. My love experiences is suck… hehhe but saya selalu mengambil sesuatu dalam setiap relationship, seperti saat ini ketika saya melewati masa-masa buruk dalam putus cinta dan masuk dalam broken heart session, saya mengutuki diri sendiri, bertanya dengan intens “ kenapa?” ,melakukan hal-hal bodoh untuk melupakan orang itu, namun usaha adaptasi untuk mempertahankan hubungan itu gagal nol besar hehhe maklum lah dalam usia early twenty sumthing ini , banyak hal yang harus saya lewati sebelum menemukan kematangan berpikir * cieeeeeeeeeeeeeeeeh*
Akhirnya setelah masa-masa melelahkan dan penuh dengan cara-cara childish untuk proses melupakan-melanjutkan-melupakan-melanjutkan, proses melelahkan dan masih terlihat kekanak-kanakan itu akhirnya bermuara pada satu titik, dimana saya percaya bahwa saya harus berubah, dan harus ada yang dirubah dalam diri saya,
Saya jadi ingat pada waktu ngopi-ngopi dengan mas danny di coffe corner sekitar sebulan yang lalu, bahwa bukan psikolog, bukan yoga yang harus kamu cari namun kamu harus berubah mencari ketenangan itu sendiri, ibaratnya katak yang kehilangan kubangan air di sungai karena musim kemarau, maka katak itu harus melompat lebih jauh untuk mencari sungai lagi, atau bertahan dengan mengurangi volume lompatan itu, , hehhe namun sayangnya kata-kata mas danny itu baru saya resapi sebulan kemudian, saya ada dalam tahap, diam tapi tidak capek, cinta tapi tidak ngoyo memiliki, sayang tapi tidak impulsive, berhenti tapi tidak menyerah,tidak melihat tapi mengerti, dan pilihan dari perubahan itu adalah saya tidak meratapi diri saya sendiri, tidak mengatai dirinya “ bastard and irresponsible”, tidak terlalu ngoyo mendapatkan dia kembali.namun lebih ke perubahan bahwa love is not only owning namun lebih disebabkan bahwa kita membiarkan orang itu bebas dan melakukan hal yang disukai agar dia bahagia, perubahan inilah yang membuat manusia satu berbeda dengan manusia lainnya, aite?
Dan akhirnya saya menemukan esensi menyayangi seseorang, esensi mencintai seseorang, dan mengerti mengapa seorang ibu memberikan cinta tanpa syarat atau unconditional love pada anak nya, mengapa saya sangat menyayangi sahabat-sahabat saya, mengapa saya akhirnya saya ikhlas melepaskan dia namun terus melihat dia, ingin melihat dia bahagia,,karena adanya adaptasi dan transformasi cinta yang obsesif memliki menjadi sebuah bentuk unconditional love

Proses adaptasi hubungan saya memang gagal, namun proses adaptasi dan transformasi pengungkapan saya terhadap cinta berhasil, setidaknya menurut pendapat subyektif saya, hehhehe…
Hehhe namun satu pertanyaan besar bagi saya dan mungkin bagi anda, selain cinta orang tua kepada anaknya , sulitkah kita berubah mengadaptasikan bentuk cinta itu???

Yes, Indeed, it’s harder than I know :)
Welcome home the happiness ….

Tidak ada komentar: