Senin, 20 September 2010

Mereka dan Kentang Goreng

hari itu sehari sebelum kembali ke Jakarta, dia duduk di suatu coffee shop, mengobrol dengan seorang sahabat wanita nya, dua gelas lemon squash dan entah makanan ringan apa saja yang mereka santap, nampak nya itu bukan hal yang penting bagi mereka, mereka dewasa, mereka sudah tahu usia mereka, mereka sudah tahu bahwa mereka punya masalah, mereka sudah capek menjadi orang yang kuat, dan mereka saling membuang tempat sampah, kegundaan yang ada walau tanpa ada jalan keluar...

" mengetahui sesuatu yang benar itu beda dengan menjalankan sesuatu yang benar itu beda" katanya tanpa emosi berkaca-kaca

" alternatif satu , kamu pilih kawin dengan si A yang se agama, membuat orang tua nya bahagia, semua bahagia, tapi hatinya masih memikirkan si B" jawab si cowok

" alternatif dua, aku pilih kawin dengan si B, apa kawin di luar negeri dan menyakiti keluargaku ? pindah keyakinan dan menggadaikan keyakinan? " imbuh sahabat wanitanya

" bagaimana mungkin kamu setia ama si B kalau kamu tidak setia dengan AGAMA mu ? " tanya si cowok , dan kentang goreng itu tak terasa habis pula - dia tahu ternyata sedari tadi dia pesan kentang goreng-

wanita itu hanya diam, tersenyum, tak ada guratan sedih, tangis,atau bingung, maslaah itu sering didiskusikan berkali kali bertahun-tahun lalu

"bagaimana dengan kamu? sudah tahu memutuskan belok kemana?" tambah wanita itu

" aku sedang krisis, tak tahu kemana arah nya, tapi kalo aku sudah tahu aku akan perjuangkan kemana arah nya, kalo perlu kawin ke hongkong sekalian" jawab laki2 itu bersemangat

" sama saja , kita belum menemukan jawaban"

"sebenarnya kita menemukan jawaban nya, cuma kita takut untuk mempertanyakan kembali apakah itu benar atau salah lagi"

"implisit"

"eksplisit"

"the truth is..."

" hey , there's no single truth, aite?"

" tapi masalahn nya masyarakat seolah-olah membuat kebenaran itu adalah tunggal, dan ketika ada kebeneran versi berbeda itu bukan kebenaran tapi kesalahan"

" omongan kita makin ngelantur, can we just being so normal with happier mood "

" hahhaha pernah ga kita iri sama si D? Hidup nya simpel ,punya cewek cakep, keluarga bahagia, dan pikiran nya simple "

" kamu juga iri sama si D juga?"

"darl, we are being so pathetic"

" pantes di tulis dan di jadikan tulisan ini percakapan"

"sama-sama menantang kelaziman"

"pathetic, we are so pathetic, ultra sensitive"

"jadi apa penyelesaian nya?"

"duh balik lagi deh ke awal, kita tahu jawaban nya , tapi kita takut untuk mencocokkan dengean kebenaran versi kelaziman itu tadi"

"sudah malam, balik yuk, besok juga kamu balik ke Jakarta"

" bentar, aku pesan lemon squash lagi, dan hmmm apa itu tadi.... oh ya kentang goreng "

4 komentar:

Unknown mengatakan...

saya mungkin segelas kopi di samping kentang goreng dan lemon squash itu. peran saya tidak banyak, tetapi saya tahu.

saya tidak mendukung si teman wanita walaupun dia sahabat saya, karena menurut saya dia palsu, entah bagaimana orang menilainya.

saya hanya tidak ingin agama saya jadi mainan,dan ini bukan urusan semacam permainan itu.

dan ini tidak mudah, bagi dia dan mungkin bagi saya.

Santi mengatakan...

nice post

Co mengatakan...

nice blog bro..
gue suka tulisan loe, very inspirative..
salam kenal.. =)

Co mengatakan...

nice blog bro..
gue suka tulisan loe, very inspirative..
salam kenal.. =)